UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 3

 BAGIAN: 3
http://kajian-ayat-quran.blogspot.com/ : MASYARAKAT MANUSIA DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN - Ayat tersebut (lihat bagian 2) sebenarnya cukup jelas bahwa Allah menciptakan Samawat, berarti yang diciptakan Allah adalah benda kongkrit. Sebagaimana tersebut di atas bahwa yang namanya langit itu tidak pernah diciptakan, tetapi jadi hanya sebagai akibat adanya benda-benda angkasa itu. Kemudian pada ayat tersebut selanjutnya menjelaskan bahwa Samawat itu semisal atau sama dengan Bumi ini. Maka kini jelas bahwa yang semisal dengan Bumi pastilah bukan langit tetapi adalah planet-planet itu. Oleh karena itu maka pengertian Samawat adalah memang planet-planet dan bukan langit-langit (periksa kembali Surat/Ayat : 65/12). Selanjutnya diterangkan bahwa akan naik turun atau simpang siur antara Samawat dan Bumi, maksudnya adalah bahwa di masa mendatang setelah perkembangan Teknologi sudah mencapai puncaknya maka masyarakat yang ada di Samawat (planet-planet itu) akan berurusan dengan masyarakat yang ada di Bumi ini tentang berbagai hal, mungkin hubungan dagang, mungkin hubungan antar agama, mungkin juga perang. Selama ini hampir sebagian besar orang-orang Islam beranggapan bahwa Samawat memang artinya langit, sehingga Allah menciptakan langit itu berlapis tujuh. Namun kenyataannya bahwa langit lapis tujuh itu sampai saat ini tidak pernah diketemukan, dimanakah dia? Maka keterangan yang seperti itu menjadikan para ilmuwan Barat tidak akan bisa mempercayai, karena memang langit yang lapis tujuh itu tidak ada. Kalaupun dicari pasti tidak akan ketemu. Dikatakan berulang kali bahwa Al Qur’an itu diturunkan oleh Allah itu memang sengaja untuk memberikan petunjuk kepada manusia tentang berbagai persoalan, baik menyangkut masalah ibadah maupun tentang ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kalau ternyata ayat Al Qur’an tidak bisa dipahami menurut akal maupun ilmu pengetahuan dan misalnya langit itu belum diketemukan atau mungkin dianggap dirahasiakan Allah, untuk apa Al Qur’an itu diturunkan? Padahal sesungguhnya langit itu memang benar-benar awang-awang kosong dan Allah tidak pernah menciptakan langit tetapi yang diciptakan adalah benda kongkrit yang kemudian muncul akibat lain yang melengkapi ciptaan Allah itu, misalnya langit tadi. Karena itu yang dimaksud dengan jalan pada Surat/Ayat : 23/17 adalah “garis orbit” yang dilalui oleh Samawat atau planet-planet itu. Untuk melengkapi keterangan tersebut selanjutnya perhatikan petunjuk Allah berikut:
Surat Nuh (71) ayat 15-16
Tidakkah engkau perhatikan, betapa Allah menciptakan tujuh Samawat bertingkat-tingkat. Dan DIA jadikan Bulan-Bulan padanya ada cahaya, dan DIA jadikan Surya itu sebagai pelita.
Surat An-Naba’ (78) ayat 12-13 Dan Kami bangun di atasmu tujuh (planet) yang kokoh. Dan kami jadikan pelita (Surya) sebagai pusat jatuh. Kalau kita perhatikan pada Surat Nuh (71) ayat 15 dinyatakan bahwa Allah telah menciptakan tujuh Samawat itu bertingkat-tingkat. Memang keadaan planet-planet itu bertingkat-tingkat menurut garis orbitnya masing-masing. Kemudian pada ayat 16 dinyatakan DIA jadikan BULAN-BULAN padanya (fiihinna) berarti Bulannya banyak, padahal Bulan yang ada di Bumi ini hanyalah satu. Maka Bulan yang lain adalah Bulan dari masing-masing planet itu, karena tidak mungkin langit memiliki Bulan atau dikitari Bulan, karena itu yang dikitari Bulan pastilah planet-planet itu. Selanjutnya perhatikan pada Surat An-Naba’ (78) ayat 12 yang menyatakan bahwa Allah membangun di atas Bumi ini tujuh yang kokoh (kuat), maka dia adalah benda kongkrit, dan tidak mungkin Allah membangun langit dan juga tidak mungkin langit keadaannya kokoh (kuat) seperti Bumi atau planet-planet itu. Kemudian Ayat 13 dinyatakan bahwa pelita (Surya) itu sebagai pusat jatuh, artinya bahwa planet-planet itu beredar mengelilingi Surya atau pelita itu, karena itu tidak mungkin langit beredar mengelilingi bintang atau dalam Tata Surya kita ini adalah Surya maka dia adalah planet bukan langit. Sebenarnya sudah banyak hal yang ditunjukkan Allah kepada kita khususnya umat Islam dalam Kitab Suci Al Qur’an, namun karena kita kurang membuka hati dan menenangkan pikiran maka akibatnya kalau ada informasi yang tidak sama dengan pikirannya sendiri lantas dianggap salah. Sayangnya dalam menyalahkan itupun orang tidak mau peduli, tidak mau melihat dulu apakah benar hal itu salah. Bagaimana orang bisa menyalahkan kalau belum mengetahui keadaan yang sebenarnya? Padahal sesuatu yang tidak sama dengan yang sudah ada tidak selamanya mutlak salah. Maka dari itu marilah kita membuka hati dan menenangkan pikiran agar kita memperoleh pengertian yang sewajarnya dan tidak akan menyesal di kemudian hari. Sebenarnya banyak istilah “Samawat” yang memang berarti “planet-planet” bukanlah “langit-langit” sebab kalau Samawat diartikan langit akan sulit untuk dipahami (perhatikan ayat-ayat petunjuk Allah dalam Surat Ali-Imron (3) ayat 83, An-Nahl (16) ayat 49, Az-Zumar (39) ayat 68 dan masih banyak yang lainnya).
Surat Ali-Imron (3) ayat 83
Apakah selain Agama Allah yang mereka cari ? Padalah bagiNya telah Islam orang-orang di Samawat dan Bumi dengan patuh dan terpaksa. Dan kepada-Nya mereka dikembalikan.
Surat An-Nahl (16) ayat 49
Dan bagi Allah sujud apa-apa yang ada di Samawat dan apa-apa yang ada di Bumi dari Dabbah dan Malaikat dan mereka tidak menyombong.
Surat Az-Zumar (39) ayat 68
Dan ditiupkan pada SUUR, maka matilah orang-orang di Samawat dan orang-orang di Bumi kecuali yang dikehendaki Allah, kemudian ditiupkan padanya yang lain, dan ketika itu mereka berdiri menantikan.
Pada surat Ali-Imron (3) ayat 83 Allah telah menyatakan bahwa telah Islam orang-orang yang di Samawat dan orang-orang yang di Bumi dengan patuh dan terpaksa. Kalau Samawat diartikan dengan langit, maka bagaimana orang bisa hidup di langit, dimana kakinya harus berpijak untuk berjalan, maka Samawat mestilah planet-planet itu. Jika orang suka memperhatikan Ayat-ayat Al Qur’an secara cermat dan hati-hati, maka akan banyak ditemui Ayat yang menerangkan “Ardhu” yang didahului “Samawat”.
Oleh karena itu pastilah ada hubungan arti antara Samawat dan Bumi, maka tepatlah kalau Samawat itu adalah planet-planet yang semisal atau sama dengan Bumi sebagaimana dimaksudkan pada Surat At-Tholaaq (65) ayat 12
Dari keterangan beberapa ayat tersebut, maka diperoleh pengertian bahwa sesungguhnya memang benar bahwa Samawat itu adalah planet-planet dan bukan langit. Di planet-planet selain Bumi yang disebutkan Samawat tadi ternyata telah berkembang masyarakat manusia yang kondisinya sama dengan yang ada di Bumi sebagaimana yang diterangkan menurut Surat Ali-Imron (3) Ayat 83.
Jadi sudah cukup jelas Ayat-ayat tersebut, oleh karena itu apakah kita masih akan berdalih dan mendasarkan laporan dari ahli ruang angkasa dari Amerika?
Semua itu berpulang kepada hati nurani kita masing-masing, maka otak memang tugasnya suka berdalih, suka membantah, suka menyanggah, dan bersikap arogan. Tetapi hati nurani itu sebenarnya jernih dan lugu, mau menerima kebenaran. Karena itu bukalah hati nurani agar mau menerima kebenaran tanpa disanggah oleh pikirannya sendiri. Semua itu berpulang kepada hati nurani kita masing-masing.
DABBAH
Kalau kita memperhatikan pada terjemahan Al Qur’an bahwa “dabbah” diartikan “binatang melata”. Memang sepertinya banyak ayat-ayat Al Qur’an yang sulit diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan tepat benar. Terbukti banyak ayat-ayat yang dari masing-masing penterjemah memberikan arti yang berbeda satu sama lainnya. Hal demikian menandakan bahwa bahasa Al Qur’an memang tidak sama persis dengan bahasa Arab biasa. Al Qur’an merupakan wahyu sudah pasti punya gaya bahasa yang sangat khas dan punya nilai estetika yang tinggi pula. Seperti kita ketahui bahwa Al Qur’an merupakan petunjuk dan diberikan keterangan dari semua petunjuk itu. Padahal keterangan tentang petunjuk itu ada dalam Al Qur’an. Oleh karena itu kalau memang ada istilah atau kata-kata yang sulit dipahami menurut kaidah-kaidah bahasa Arab, maka sebaiknya dicari keterangannya yaitu Ayat lain yang berhubungan dengan istilah yang sama yang saling menerangkan, maka disana akan ketemu persoalan yang dicari atau yang ditanyakan.
Kalau diperhatikan dengan teliti bahwa sesungguhnya dabbah itu bukan hanya binatang melata, tetapi termasuk di dalamnya binatang yang berkaki bahkan termasuk juga manusia. Untuk mendapatkan pengertian dabbah yang sebenarnya, perlu dihubungkan beberapa ayat dalam Al Qur’an yang mengandung dabbah, maka dia akan saling menerangkan tentang pengertian dabbah itu sendiri secara jelas. Kalau pemahaman tentang sesuatu hanya dengan satu ayat terpisah, maka pengertiannya tidak bisa utuh, karena jarang Al Qur’an menerangkan sesuatu hanya dengan satu ayat yang berdiri sendiri, tetapi harus dihubungkan dengan ayat lain yang berhubungan.
Memang ada juga ayat yang sudah jelas tanpa penjelasan misalnya ayat-ayat muhkamat, namun biasanya hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau ayat mutasabihat harus merangkaikan beberapa ayat yang saling menerangkan. Sebagai bahan kajian tentang dabbah maka perhatikan petunjuk Allah berikut:
Surat As-Syuuro (42) ayat 29 oleh Departemen Agama Pelita III/81-82:
Dan diantara Ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)Nya ialah menciptakan langit dan Bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang DIA sebarkan pada keduanya. Dan DIA maha kuasa mengumpulkan apabila dikehendakiNYA.
Dalam Ayat tersebut yang diterjemahkan “makhluk-makhluk yang melata” adalah Ayat aslinya berbunyi “dabbah”. Sementara yang lainnya diartikan “binatang melata”. BACA LANJUTANNYA : UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 4



RELATED POST :

- UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 4

- UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 5 

- BENARKAH ADAM MANUSIA PERTAMA? (KAJIAN ALQURAN)

- UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 1

- UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 2

- AYAT-AYAT ALQURAN YANG MENJELASKAN TENTANG SHOLAT. DAN SHOLAT ITU WAHYU PRAKTEK (kajian alquran)

- ALQURAN SEBAGAI SATU-SATUNYA PETUNJUK YANG PALING HAQ (logis,benar,lurus) dalam KAJIAN ALQURAN.

0 komentar