UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 4

BAGIAN: 4
http://kajian-ayat-quran.blogspot.com/ : MASYARAKAT MANUSIA DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN - Perhatikan Terjemahan pada Ayat yang sama yaitu (Proff. H. Mahmud Yunus, penerbit PT. Al Ma‘Arif Bandung):
Diantara ayat-ayat (tanda-tanda) Allah, ialah kejadian langit dan Bumi dan apa-apa yang bertebaran pada keduanya diantara binatang-binatang (apa-apa yang melata di muka Bumi). DIA maha kuasa menghimpunkan mereka bila dikehendaki-Nya.
Jadi istilah dabbah diartikan binatang melata. Tapi perlu diketahui bahwa kalau binatang melata bisa hidup di Samawat itu, maka manusiapun seharusnya juga bisa hidup.
Berdasarkan pengkajian sebaiknya Ayat tersebut berarti: Dan dari Ayat-ayatNya ialah penciptaan Samawat (planet-planet) dan Bumi, serta yang DIA kembang biakkan pada keduanya (Samawat dan Bumi) dari dabbah (makhluk berjiwa) dan DIA atas pengumpulan ketika DIA kehendaki adalah menentukan.
Kalau orang mau memperhatikan dengan teliti, maka sesungguhnya dabbah itu bukan hanya binatang melata saja, tetapi termasuk binatang lain yang tidak melata yaitu yang berkaki termasuk di dalamnya adalah manusia. Oleh karena itu yang ditebarkan atau dikembangkanbiakkan di Samawat (planet-planet) dan di Bumi ini terdiri makhluk yang berjiwa termasuk di dalamnya manusia itu sendiri. Dengan demikian maka jelas bahwa di planet-planet itu pun telah berkembang masyarakat manusia seperti halnya yang ada di Bumi ini. Berikut ini Ayat yang menjelaskan tentang pengertian “dabbah”.
Surat An-Nuur (24) ayat 45
Allah menciptakan setiap dabbah dari Alma’i. Diantara mereka (dabbah) itu ada yang berjalan atas perutnya, dan diantara mereka ada yang berjalan atas dua kaki, dan diantara mereka ada yang berjalan atas empat kaki. Allah menciptakan yang DIA kehendaki dan sesungguhnya Allah menentukan atas tiap sesuatu.
Surat Al-Anfal (8) ayat 22
Bahwa sejahat-jahat dabbah pada Allah adalah orang-orang pekak dan tuli dan mereka tidak berpikir.
Surat Al-Anfal (8) ayat 55
Bahwa sejahat-jahat dabbah pada Allah adalah orang-orang kafir dan mereka tidak beriman.
Kalau kita perhatikan surat An-Nuur (24) ayat 45, cukup jelas dan tegas bahwa diantara dabbah itu ada yang berjalan atas perutnya (ular, buaya, cecak, kadal dan lain-lain), dan diantara dabbah itu juga ada yang berjalan atas dua kaki (ayam, bebek, MANUSIA dan lain-lain) dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki (kerbau, sapi, kambing, unta dan lain-lain). Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan dabbah bukanlah hanya binatang melata, tetapi termasuk manusia dan binatang berkaki lainnya.
Pada Surat Al-Anfal (8) ayat 22 dan 55, menyatakan bahwa sejahat-jahat dabbah menurut pandangan Allah adalah orang-orang pekak, kafir, tidak berpikir dan tidak beriman. Jelas yang dimaksud disini adalah manusia, bukan binatang melata, karena memang semua binatang melata tidak bisa berpikir apalagi beriman. Inilah yang dimaksud dengan pemahaman tentang suatu istilah dalam ayat Al Qur’an. Kalau dalam memahami istilah dalam ayat kurang tepat apalagi kalau salah, maka arti dan kedengarannya pun janggal, tidak ratio, tidak bisa dimengerti oleh semua orang, akibatnya sasaran yang dimaksudkan pun tidak tepat. Jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dabbah adalah makhluk berjiwa (makhluk bernyawa) termasuk MANUSIA. Dengan begitu didapatkan kunci dan petunjuk yang diperoleh dari pengertian beberapa ayat yang saling menjelaskan bahwa di planet lain selain Bumi ini juga bermasyarakat manusia dan juga berkembang biak berbagai binatang termasuk juga binatang melata tadi.
Jika sekiranya yang dimaksud “dabbah” itu adalah binatang melata, dan bisa hidup di planet (Samawat) itu, maka mestinya makhluk lain termasuk manusia juga bisa hidup disana, karena mereka sama-sama bernapas dengan paru-paru, yang berarti disana ada oksigen untuk bernapas binatang melata itu.
Akan tetapi kalau istilah “dabbah” itu diartikan binatang melata, maka berarti bertentangan dengan maksud petunjuk Allah pada surat Al-Anfal (8) ayat 22 dan 55 serta surat An-Nuur (24) ayat 25. Maka dari itu dabbah bukanlah hanya binatang melata tapi termasuk juga manusia. Kemudian timbul pertanyaan, apakah manusianya juga sama dengan manusia yang ada di Bumi ini? Jawabnya adalah: sama, dan memang benar sama. Coba perhatikan semua manusia yang ada di muka Bumi ini apakah yang ada di Amerika, Arab Saudi, Jepang, Inggris di Indonesia semuanya mempunyai naluri yang sama. Hanya saja berbeda bahasa, warna kulit, adat istiadat dan yang lainnya karena sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang memang juga berbeda, misalnya faktor iklim, lingkungan dan sebagainya tetapi pada dasarnya mereka mempunyai naluri yang sama dengan kita yang di Indonesia.
Selama ini orang-orang Barat membuat imajinasi bahwa seolah-olah manusia dari planet lain itu seram, menakutkan dan mengerikan, padahal semua itu hanyalah dugaan tanpa menggunakan dalil dan petunjuk. Jika orang sudi memperhatikan ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan sejarah manusia, maka akan diketahuilah bahwa manusia di planet lain itu sama dengan kita ini. Mereka terdiri dari berbagai bangsa, bahasa dan warna kulit, ada yang Islam ada yang kafir, ada yang baik ada pula yang jahat, ada yang pintar ada pula yang bodoh, karena mereka semua adalah berasal dari diri yang satu yang merupakan satu garis keturunan dengan semua manusia yang ada di wilayah Tata Surya kita ini. Sementara orang boleh saja tidak percaya, tetapi Al Qur’an datang dari Allah pasti benar 100 persen. Jika orang masih juga ngotot bahwa dalam penganalisaan ini tidak benar, maka silahkan diadakan koreksi agar dengan begitu persoalannya menjadi jelas.
Memang selama ini orang beranggapan bahwa kehidupan manusia itu hanyalah di Bumi ini saja, padahal sebenarnya Bumi ini hanyalah sebuah planet kecil jika dibandingkan dengan Yupiter yang besarnya 318 kali besar Bumi ini, untuk apa semua itu diciptakan Allah kalau dibiarkan kosong tanpa penghuni? Kalau diperhatikan dengan cermat, Al Qur’an menyatakan bahwa Bumi itu banyak dan Bumi ini juga disebut planet. Perhatikan petunjuk Allah berikut ini:
Surat Az-Zumaar (39) ayat 67 :
Dan mereka tidak menentukan (tentang Hukum) Allah dengan ketentuan yang haq (logis), sedangkan Bumi-Bumi semuanya adalah pemadatannya pada hari kiamat. Dan Samawat (planet-planet) itu berputar dengan tata hukumNya. Maha suci DIA dan Maha Tinggi tentang apa yang mereka sekutukan.
Dari keterangan ayat tersebut sangatlah jelas bahwa Bumi ini banyak (Ardhu Jami’an) berarti dia lebih dari satu sehingga benarlah bahwa keadaan planet-planet itu sama dengan Bumi ini (lihat Surat At-Tholaaq (65) ayat 12 dan Al-Baqoroh (2) ayat 29). Sebagai pembanding perhatikan ayat berikut ini:
Surat Al-Hadiid (57) ayat 21 :
Berlombalah kepada ampunan Tuhanmu, dan sorga seluas BUMI ANGKASA dan BUMI ini disediakan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya. Itulah karunia yang diberikan kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah memiliki karunia yang besar.
Ayat tersebut menerangkan adanya Bumi angkasa, maka dia adalah planet-planet itu yang keadaannya disamakan dengan keadaan Bumi ini. Itulah penjelasan Al Qur’an yang membutuhkan pemikiran secara cermat dan hati-hati untuk mendapatkan pengertian yang sewajarnya serta sejalan dengan keadaan yang berlaku di alam sekitar kita. Dengan begitu hendaklah orang lebih giat mengadakan pengkajian yang sebenarnya, bukan membaca secara tradisional tanpa mengetahui arti yang dibaca sehingga orang hanya dibius dan dipesona dengan iming-iming PAHALA tanpa mengetahui apa sebenarnya pahala yang dimaksud itu. Coba perhatikan dengan kepala dingin dan hati yang jernih, pada beberapa ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang Surga. Dinyatakan bahwa surga itu luasnya sama dengan luasnya Bumi angkasa dan Bumi ini, sedangkan semua surga itu diciptakan Allah pastilah untuk ditempati atau disediakan bagi orang-orang Muttaqin (perhatikan Surat Al-Hadid (57) ayat 21 di atas tadi). Selanjutnya perhatikanlah Ayat berikut ini dengan teliti:
Surat Ali-Imron (3) ayat 133
Bersegeralah kepada ampunan Tuhanmu dan Sorga seluas Samawat (planet-planet) dan Bumi ini, disediakan untuk orang-orang Muttaqin.
Allah menyatakan bahwa Surga itu luasnya sama dengan Samawat dan Bumi ini. Jika sekiranya masyarakat manusia itu hanya ada di Bumi ini saja, lantas siapa yang akan menempati surga yang luas sama dengan Samawat tadi, untuk apa Allah menciptakan semuanya itu? Perlu diketahui bahwa di semesta raya ini jumlah Samawat itu milyaran dan tidak bisa dihitung. Setiap bintang itu adalah satu SOLAR SISTEM yang masing-masing bintang itu dikitari oleh planet-planet seperti halnya Surya kita yang juga dikitari oleh planet-planet, dengan istilah Samawat. Padahal semuanya itu nantinya merupakan jumlah dan ukuran sorga di Akhirat, sedangkan kita ini berada pada bagian dari Solar System tadi yaitu Bumi, sedangkan Tata Surya kita ini hanyalah bagian kecil dari Bima Sakti dengan istilah gugus Bima sakti. Kalau kita memperhatikan susunan Tata Surya kita yang planetnya sebenarnya ada 10 planet, tapi baru 9 yang diketahui oleh manusia Bumi. Itu semua pertanda bahwa sebenarnya kita ini belum apa-apa jika dipandang dari segi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ada dua planet yang lebih besar dari Bumi yang kita diami ini yaitu yang ada di atas Mars, orang menamakan Yupiter dan Saturnus. Menurut penelitian para ahli atronomi bahwa Yupiter itu besarnya sama dengan 318 kali besar Bumi dan Saturnus 95 kali besar Bumi kita ini. Dinyatakan juga bahwa Yupiter memiliki Bulan jumlahnya 12, dan Saturnus ada 9 buah. Dengan begitu sudah bisa dibayangkan bahwa keberadaan kedua planet itu sama dengan Bumi ini hanya dia lebih besar. Maka wajarlah kalau Bulan yang bertindak sebagai satelitnya jumlahnya banyak, sebab kalau Bulannya hanya satu mungkin tidak akan mencukupi wilayah yang sangat luas itu. Lalu untuk apa semua itu diciptakan Allah kalau sekiranya disana tidak ada penghuninya dan dibiarkan kosong? Rasanya sangat janggal dan tidak logis. Lagi pula bahwa surga di Akhirat nanti merupakan penyempurnaan dan jumlahnya sama dengan semua planet yang ada di dunia atau di semesta raya ini. Maka benarlah pernyataan Al Qur’an kalau di setiap planet itu berpenduduk manusia seperti halnya di planet Bumi ini. Demikian itu adalah petunjuk Allah yang ada dalam Kitab Suci Al Qur’an dan memang sejalan dengan Ilmu Pengetahuan serta cocok dengan keadaan yang berlaku dan pemikiran secara wajar. Apakah dengan penjelasan yang logis seperti itu orang masih akan berusaha menolak dan menyanggah, maka semua itu kembali kepada hati kita masing-masing. Kalau orang meyakini bahwa Al Qur’an itu merupakan petunjuk hidup bagi manusia baik tentang hukum maupun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, seharusnya kalau kita mendapatkan informasi tentang Al Quran mengenai sesuatu yang dianggap tidak sama dengan pemahaman yang selama ini kita peroleh, justru merupakan bahan pemikiran baru agar kita meneliti lebih jauh lagi agar memperoleh pengertian yang sebenarnya, dengan begitu kita akan senantiasa maju dan berkembang. Kenapa planet-planet itu disebut “Samawat” karena memang dia posisinya selalu kelihatan diatas dipandang dari manapun. Dan planet-planet yang menjadi “langit”nya Bumi Al Qur’an menyatakan ada 7 (tujuh). Planet yang berada di atas orbit Bumi mestinya ada 7 (tujuh) yaitu: Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Sampai di Pluto baru ada 6 planet di atas Bumi maka mestinya masih ada satu lagi tetapi sarjana Bumi belum menemukan. (lihat Surat At-Tholaaq (65) Ayat 12). Untuk memperjelas dan memantapkan pengertian, maka perhatikan ayat berikut:
Surat Al-Mu’minun (23) ayat 17
Dan sungguh telah Kami Ciptakan diatas kamu (diatas Bumi) tujuh (7) jalan, dan tidaklah kami lengah tentang ciptaan-Ku itu.
Ayat ini memperkuat keterangan Surat At-Tholaaq (65) Ayat 12 yang menyatakan bahwa diatas Bumi ini Allah menciptakan tujuh jalan, artinya jalan di ruang angkasa yang terletak di atas Bumi pastilah di wilayah Tata Surya kita juga, karena yang diberi petunjuk itu adalah manusia Bumi. Maka jalan yang dimaksud adalah “GARIS ORBIT” yaitu jalan yang dilalui oleh Samawat yang jumlahnya juga ada tujuh. Semakin jelas bukan, bahwa memang benar Samawat itu adalah planet-planet yang jumlahnya di atas Bumi ada tujuh. Maka oleh sebab itu pastilah diatas Pluto masih ada satu dan kita sudah diberi tahu tinggal mencari dan meneliti. (Tim astronomi dari Amerika mengumumkan baru saja memastikan menemukan planet ke-10 yang sementara diberi nama planet Xena. Planet itu di atas Pluto dan lebih besar dari Yupiter. Planet yang baru diketahui yang masuk dalam sistem tata surya matahari itu jarak dari Pluto yaitu 3 kali jarak matahari ke Pluto). Berdasarkan penelitian dan analisa bahwa planet yang ke 7 di atas Bumi adalah yang menurut Al Qur’an dinamakan dengan “SIDRATUL MUNTAHA”. Itulah kiranya planet sangat besar yang berada di urutan ketujuh di atas Bumi. Maka kini lengkaplah bahwa planet yang menjadi langitnya Bumi ada tujuh. Sedangkan Venus dan Mercury bukanlah merupakan langitnya Bumi karena dia berada di bawah orbit Bumi. Perhatikan Surat Thohaa (20) ayat 6) berikut ini:
Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada di Samawat dan apa-apa yang ada di Bumi dan apa yang diantara keduanya dan apa-apa yang ada di bawah Bumi (dibawah orbit Bumi.  BACA LANJUTANNYA : UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 5



RELATED POST :

- UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 5 

- UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 1 

- UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 2 

- UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 3 

- UFO DI PLANET LUAR BUMI MENURUT ALQURAN (KAJIAN ALQURAN) BAGIAN: 4 

- BENARKAH ADAM MANUSIA PERTAMA? (KAJIAN ALQURAN) 

- IBADAH HAJI KENAPA HARUS KE MEKAH? (KAJIAN ALQURAN)

- BEBERAPA PERBEDAAN TERJEMAHAN ALQURAN BAGIAN 2

0 komentar